Jumat, 05 Oktober 2012

Pendidik dan Tenaga Kependidikan


PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 
SD NEGERI BUDIGALIH
TAHUN PELAJARAN 2012/2013

NO
NAMA
JABATAN
PHOTO
01
Drs. Asep Permana
Kepala Sekolah
02
Yati Hayati, S.Pd, SD
Guru Kelas III
03
Iis Sri Sulastri, S.Pd, SD
Guru Kelas V
04
Eulis Saadah, S.Pd
Guru Kelas II / PJOK
05
Iwan Ridwan Effendi, S.Pd
Guru Kelas VI
06
Wiwin Widanengsih, S.Pd, SD
Guru Kelas I
07
Ucu Nairohimah, S.Pd
Guru Kelas IV
08
Purqonudin, S.Pd I
Guru PAI
09
Mona Erviana, S.Pd
Guru Bhs. Inggris
10
Moh Henri Permana
Operator/TU/
Pustakawan
11
Irlan Fauzi
Penjaga Sekolah

Pentingnya Membangun Lingkungan Berkarakter

Sumber : Pendidikan Karakter



Banyak sekali email yang masuk dan bertanya apa kunci sukses Pendidikan Karakter. Nah, Kali ini kita akan membahas tentang kunci tersebut, kita akan bahas pentingnya se
buah lingkungan yang berkarakter bagi keberhasilan Pendidikan Karakter. Setujukah anda, bahwa untuk mencapai Pendidikan Karakter yang bermutu dan maksimal, dimulai dengan membangun sebuah lingkungan yang berkarakter?

Baiklah, sebelum kita ulas, saya pernah mendengar sebuah pepatah kuno mengatakan: apabila kita berteman dengan penjual minyak wangi, maka kita akan ikut wangi. Sedangkan berteman dengan penjual ikan, maka kita akan ikut amis. Marilah kita renungkan sejenak. Sebenarnya ungkapan tersebut sangat sesuai menggambarkan peran lingkungan dalam kehidupan kita. Lingkungan sangat menentukan proses pembentukan karakter diri seseorang. Lingkungan yang positif bisa membentuk kita menjadi pribadi berkarakter positif, sebaliknya lingkungan yang negatif dan tidak sehat bisa membentuk pribadi yang negatif pula. Lingkungan memiliki peran yang sangat penting dalam membangun karakter-karakter individu yang ada di dalamnya.


Seorang anak kecil yang terbiasa berkata kotor, tentu saja ia meniru dari sekitarnya. Anda tidak perlu jauh-jauh mencari penyebab anak tersebut suka berkata kotor. Tentu saja itu adalah hasil meniru dari lingkungannya. Untuk mengatasinya, lebih baik anda mengatasi dari sumber masalahnya. Untuk menanggulangi penyakit, jangannya anda menunggu salah satu anggota keluarga anda sakit lantas mengobatinya. Bukankah lebih baik anda mulai mengatur pola hidup sehat, sehingga penyakit tidak akan menyerang dan menjangkiti anda. Inilah yang saya maksud dengan mengatasi persoalan dari sumbernya.


Lalu, apakah sumber masalah anak kita berkata kotor? Saya yakin, anda pasti akan memerintah anak anda untuk berhenti berkata kotor, lalu kalau anak anda kembali mengulang dan tidak patuh dengan perintah anda, anda akan memukulnya. Namun, anak anda justru semakin menjadi-jadi karena ia merasa tidak diberi hak untuk mengatur dirinya sendiri. Anda tidak akan mudah meminta si anak yang terbiasa berkata kotor itu untuk berhenti berkata, sementara orang lain juga melakukan yang sama. Untuk itu, titik pemecahannya adalah dengan menciptakan lingkungan yang sehat bagi anak-anak dan individu yang tinggal di dalamnya.


Lingkungan yang berkarakter sangatlah penting bagi perkembangan individu. Lingkungan yang berkarakter adalah lingkungan yang mendukung terciptanya perwujudan nilai-nilai karakter dalam kehidupan, sepeti karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya, kemandirian dan tanggung jawab, kejujuran / amanah, diplomatis, hormat dan santun, dermawan, suka tolong-menolong, gotong royong / kerjasama dan lain-lain. Karakter tersebut tidak hanya pada tahap pengenalan dan pemahaman saja, namun menjadi kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari.


Barangkali dalam benak anda terbayang betapa susahnya membentuk lingkungan yang berkarakter. Semua itu harus dimulai dari diri sendiri yang selanjutnya diteruskan dalam lingkungan keluarga. Diri sendiri harus dibenahi terlebih dahulu sebelum membenahi orang lain. Biasakan membangun pola pikir positif, melakukan kebiasaan-kebiasaan yang baik, membangun karakter diri yang pantang menyerah dan seterusnya. Dalam kehidupan sehari-hari dalam keluarga kita biasakan menerapkan nilai-nilai tersebut. Misalnya, terbiasa jujur dan terbuka pada anak, memberi kesempatan anak berpendapat dalam memutuskan bahan dekorasi rumah, mengajak anak berunding tentang tempat les sekolah, dan mengajak anak untuk ikut berbagi peran dalam menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. Hal itu bagian dari proses membangun karakter anak. Salinglah tolong-menolong sesama anggota keluarga. Biasakan anak mengeksplor dirinya. Memberi kesempatan pada anak untuk mengambil keputusan untuk dirinya. Itu merupakan proses demokrasi dalam keluarga.


Kebiaasaan-kebiasaan positif semacam itu pada akhirnya akan diteruskan oleh si anak pada lingkungan sosial yang lebih besar, yakni di sekolah dan masyarakat. Keluarga adalah institusi pertama tempat anak membangun karakternya. Kita sebagai orang tua hendaknya menerapkan pola asuh dan pendidikan yang sehat dan baik dalam keluarga. Dengan begitu, anak-anak kita yang telah tertanam kepribadiannya akan menjadi pribadi yang menyebarkan karakter positif pada lingkungan. Di sekolah, pendidikan karakter juga hendaknya diwujudkan dalam setiap proses pembelajaran, seperti pada metode pembelajaran, muatan kurikulum, penilaian dan lain-lain.


Pernahkah anda memberi kesempatan pada anak anda meluangkan waktu untuk bermain? Atau mendorong anak anda untuk menekuni bakat dan minat yang dimilikinya. Sebenarnya kesempatan bergaul dengan sebaya merupakan proses pengembangan karakter anak. Dengan bergaul, anak akan belajar memahami dirinya dan orang lain. Dengan demikian ia akan belajar bagaimana membangun hubungan dengan orang dan lingkungannya.


Di lingkungan sekolah sebenarnya anak didik memiliki wadah untuk mengembangkan diri dan membangun karakter diri melalui kegiatan ekstrakulikuler. Pendidikan ekstrakulikuler merupakan media untuk membangun rasa tanggung jawab, kemampuan bersosialisasi dan interaksi, toleransi, bekerjasama dan lain-lain.


Namun, seiring dengan tuntutan sekolah dengan berbagai mata pelajaran dan pelatihan untuk Ujian Nasional telah menyita waktu untuk mengembangkan diri mereka. Apakah anda termasuk orangtua yang hanya mendorong anak untuk terus belajar dan mengabaikan minat dan hobi yang dimilikinya? Jika iya, cepat-cepatlah merubah cara pandang anda dan beri kesempatan anak untuk membagi waktu belajar dan bermain.


Kenyataan bahwa kesuksesan seseorang tidak hanya ditentukan oleh prestasi sekolah hendaknya kita sadari. Benar adanya bahwa kemampuan menjalin hubungan dan kecerdasan emosional sebagian besar menentukan proses pengembangan diri dan meraih keberhasilan.


Jika memang demikian, marilah kita ciptakan lingkungan yang berkarakter. Sehingga, putra-putri kita kelak akan menjadi generasi berkarakter yang tidak pantang menyerah ketika menghadapi tantangn dalam hidupnya. Dan mereka akan selalu optimis dalam meraih kesuksesan dengan bekal nilai-nilai yang telah tertanam dalam lingkungan yang berkarakter tersebut.


Kami juga memberikan E-book Gratis 7 Cara Meningkatkan Rasa Percaya Diri Anak, yang bisa anda download melalui link berikut ini :
www.pendidikankarakter.com/7-cara-meningkatkan-rasa-percaya-diri-anak

Salam
Sumber : 
www.pendidikankarakter.com/pentingnya-membangun-lingkungan-berkarakter

Kamis, 04 Oktober 2012

25 Orang Yang Tidak Mungkin Menemukan Kedamaian


  1. Orang yang ingin kaya, tapi malas belajar dan menghindari pekerjaan.
  2. Orang yang seleranya tinggi, tapi semangat kerjanya rendah.
  3. Orang yang impiannya besar, tapi keberaniannya kecil.
  4. Orang yang ingin berubah menjadi lebih baik, tapi suka membantah dan mencemooh nasihat.
  5. Orang yang ingin keren dan beken, tapi kamseupay-nya norak, bukan yang lugu dan lucu.
  6. Orang yang ingin dicintai, tapi kasar dan tidak peka terhadap perasaan orang lain.
  7. Orang yang ingin dipercaya, tapi tidak jujur.
  8. Orang yang ingin dipilih oleh belahan jiwa yang berkelas, tapi sikap dan perilakunya murahan.
  9. Orang yang iri dengan keberhasilan orang lain, dan bersikap memusuhi orang yang lebih pandai, lebih berhasil, atau yang lebih berbahagia.
  10. Orang yang ingin sehat dan panjang umur, tapi menikmati kebiasaan buruk yang merusak kesehatan tubuh dan jiwa.
  11. Orang yang ingin dijatuh-cintai, tapi tidak memperhatikan keindahan tutur dan pribadinya.
  12. Orang yang ingin move on, tapi masih hang on.
  13. Orang yang ingin melepaskan diri dari cinta yang palsu, tapi tidak bisa berlaku tegas karena alasan yang stupeod (stupid, tulul).
  14. Orang yang ingin berhati damai, tapi suka mengulangi rasa sakit hati dan mengkhayalkan balas dendam.
  15. Orang yang ingin diterima apa adanya, tapi banyak maunya.
  16. Orang yang tidak percaya diri jika tidak memiliki barang bagus dan bermerk, atau jika tidak tampil bling-bling dan mewah.
  17. Orang yang berkeluarga yang harus tumbuh dengan sejahtera, tapi membenci uang.
  18. Orang yang salih secara pribadi, tapi tidak salih secara sosial.
  19. Orang yang ingin disegani, bernama harum dan dikenal luas, tapi suka mengecilkan, bertengkar dan bermusuhan dengan orang lain.
  20. Orang yang ingin sepenuhnya berserah kepada Tuhan, tapi masih sibuk mengatur apa yang akan dilakukan oleh Tuhan untuknya.
  21. Orang yang memaafkan, tapi meminta Tuhan untuk membalas dengan setimpal.
  22. Orang yang ingin berderma, tapi tidak ikhlas jika tidak diketahui bahwa dia yang menyumbang.
  23. Orang yang menikah, tapi tidak menikmati kebersamaan.
  24. Orang yang menuntut orang lain melakukan yang tidak dilakukannya.
  25. Orang yang jauh dari Tuhan
Yang nomor berapa yang paling berkesan bagi Anda?
Semoga daftar di atas, yang sesungguhnya masih ada tambahannya lagi ini, dapat memberikan gambaran tentang sikap dan sifat yang harus kita jauhi.
Semoga berguna.
Terima kasih dan salam super,
Mario Teguh – Loving you all as always

Rabu, 03 Oktober 2012

Strategi Sekolah


1.        Mengoptimalkan Bidang Kurikulum.
2.        Mengoptimalkan SDM Sekolah.
3.        Mengoptimalkan sarana dan prasarana.
4.        Kerjasama yang harmonis antara sekolah Komite Sekolah dan Stakeholder.
5.        Menyelenggarakan Pengembangan diri yang maksimal.
6.        Menjalin hubungan kerjasama dengan pihak lain.

Tujuan Sekolah


1.        Dapat mengamalkan ajaran agama hasil proses pembelajaran dan kegiatan pembiasaan.
2.        Meraih prestasi akademik maupun non akademik miimal tngkat kabupaten.
3.        Menguasai dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai bekal untuk melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi.
4.        Menjadi seklah pelopor dan penggerak di lingkungan masyarakat sekitar.
5.        Menjadi sekolah yang diminati di masyarakat. 

Secara berkelanjutan, tujuan sekolah tersebut akan dimonitor, dan dikendalikan dalam kurun waktu tertentu untuk mencapai hasil yang optimal.

Visi & Misi

A. Visi 
Dalam merumuskan visi, pihak-pihak terkait (stakeholders) melakukan musyawarah sehingga visi tersebut benar-benar mewakili aspirasi semua pihak yang terkait. Harapannya, semua pihak yang terkait dalam kegiatan pembelajaran (guru, peserta didik, dan wali murid) benar-benar menyadari visi tersebut untuk selanjutnya memegang komitmen terhadap visi yang telah disepakati bersama.


"Terwujudnya anak yang “C E R D I K” (Cerdas Empati Ramah Disiplin, Inovatif, dan Kreatif) yang berlandaskan Iman dan taqwa."

B. Misi 

Ø  Unggul dalam prestasi
Ø  Arif dalam berpikir, bijak dalam bertindak
Ø  Sinerjik di dalam koordinasi
Ø  Raih prestasi, jungjung tinggi budi pekerti
Ø  Bersaing secara sehat dalam upaya mingkatkan proses pembelajaran yang lebih baik

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Blogger Templates